Satu Malam di Karang Bongkok Bersama Humus 18
- Maytika Dewi Ayu S.
- May 22, 2016
- 3 min read
Perjalanan yang maju-mundur (kerap terancam batal) ini pun akhirnya terealisasi. Meskipun hanya 9 dari 22 total anggota Humus 18, kami tetap berangkat ke tempat yang telah kami rencanakan sebelumnya, Pulau Karang Bongkok. Mengikuti jadwal, kami berenam memulai perjalanan dari Stasiun UI ketika hari masih gelap. Sampai di Stasiun Jakarta Kota sekitar pukul 6 dan kami bertemu 4 orang lainnya di sana. Kemudian kami menggunakan jasa aplikasi transportasi Uber untuk menuju Dermaga Kali Adem, Muara Angke. Namun pagi itu kami kurang beruntung, selain tidak mendapat kapal sesuai jadwal yang kami rencanakan, satu orang dari kami terpaksa batal berangkat karena satu dan lain hal. Melihat waktu dibukanya antrian tiket untuk jadwal kapal berikutnya serta banyaknya calon penumpang lain, hampir saja kami membatalkan keberangkatan di menit-menit terakhir sebelum antrian dibuka. Pada akhirnya, kami tetap berangkat.


Perjalanan dari Dermaga Kali Adem ke pulau persinggahan pertama, yaitu Pulau Pramuka, memakan waktu kurang lebih tiga jam. Setelah makan siang di sana, kami melanjutkan perjalanan dengan menyewa perahu kecil berkapasitas 10 orang menuju ke Pulau Karang Bongkok. Perjalanan dari Pulau Pramuka ke Pulau Karang Bongkok sekitar sejam lamanya.
Mendekati Pulau Karang Bongkok, kami turun. Perlu diketahui bahwa di sana tidak terdapat dermaga sehingga perahu tidak dapat merapat, kami pun harus masuk ke air laut yang dangkal dan berjalan ke pulau. Sampai di pulau, kami segera mendirikan tenda karena hari sudah mendekati senja. Tak dinyana, salah seorang dari kami yang bertanggung jawab untuk membawa tenda, hanya membawa flying sheet-nya. Kami terdiri atas 4 perempuan dan 5 laki-laki. Alhasil, tenda yang sukses dibawa seutuhnya pun digunakan untuk perempuan


Meski demikian, berkat inisiatif hebat dari ketua perjalanan kami, flying sheet dapat disulap dan didirikan membentuk tenda. Setelah mendirikan tenda, kami menikmati senja di bibir pantai. Ketika matahari sudah hilang sepenuhnya, kami segera memasukkan carrier kami ke tenda dan mencari ranting pepohonan untuk membuat api unggun serta menyiapkan peralatan masak (baca: nesting dan kawan-kawannya) dan bahan makanan.


Malam itu kami makan spaghetti dan ikan bakar (setelah melalui perjuangan membersihkan bagian dalam ikan) serta puding sebagai dessert. Kemudian kami menghabiskan malam dengan berbincang hangat dan (berusaha) bermain kartu uno dengan pencahayaan yang minim. Cuaca mendung membuat malam terasa gerah, tidak ada sedikitpun angin bertiup, bahkan air laut pun tidak berombak sehingga keadaan sangat sunyi. Karena itu, para lelaki memutuskan untuk tidur di luar shelter dan flying sheet tenda tempat perempuan dibuka. Namun sekitar jam 1 dini hari, angin mulai datang dengan temperatur rendah, bahkan mulai gerimis. Mereka pun masuk shelter dan tak lupa, saya minta tolong supaya flying sheet kami dipasang kembali.


Pagi pun tiba, satu per satu dari kami mulai keluar dari shelter dan melakukan aktivitas pagi masing-masing. Menuruti permintaan perut, kami mulai memasak telur dadar dan mie goreng. Mengingat sebelumnya kami membuat janji dengan penyedia perahu kami untuk dijemput jam 7, sebagian dari kami merapikan tenda dan barang bawaan. Setelah kenyang dan membersihkan peralatan, kami duduk santai menghadap laut sembari menunggu perahu kami yang ternyata datang satu jam lebih lambat. Ketika perahu datang, ketua perjalanan kami yang sangat berdedikasi mengecek apakah perahu tersebut memang perahu yang kami sewa atau bukan. Setelah dipastikan benar, kami pun berjalan ke perahu tersebut dan berangkat menuju titik snorkeling.


Karena keterlambatan perahu kami serta jarak waktu yang tinggal sedikit ke waktu keberangkatan kapal besar yang akan membawa kami pulang, kami pun snorkeling hanya satu jam. Kegiatan tersebut agak mengecewakan sebenarnya, selain karena sedikitnya waktu, koral di titik tersebut tidak terlalu beragam. Kemudian kami kembali ke Pulau Pramuka dan mandi secepat kilat. Beberapa dari kami malah hanya bilas dan berganti baju dan langsung bergegas menuju kapal besar tujuan Dermaga Kali Adem. Dari dermaga, kami berjalan terlebih dahulu ke pasar ikan Muara Angke dan memesan layanan transportasi Uber untuk kembali ke Stasiun Jakarta Kota. Dari sana, kami kembali ke rumah dan kos kami masing-masing.
Commenti